Selasa, 14 Agustus 2018

Orang Padang Katanya Berasal Dari Nias, Lalu Nias berasal dari mana? Baca selengkapnya...

Suku Nias.


Mannis van Oven terpana tatkala mengetahui hasil penelusuran genetik terhadap penduduk Nias. Peneliti biologi molekuler dari  Erasmus MC University Medical Center Rotterdam di Belanda ini menemukan bahwa genetik orang Nias berbeda dibanding etnis lain di Indonesia. Orang Nias justru bertalian darah dengan penduduk Taiwan, yang terpaut jarak 3.500 kilometer ke arah timur laut.


“Secara genetika, orang Nias mirip dengan rumpun Austronesia yang menghuni Taiwan pada 4.000-5.000 tahun lalu,” ujar Van Oven dalam paparan ilmiahnya di Auditorium Lembaga Biologi Eijkman, pertengahan April lalu.


Van Oven menemukan keunikan orang Nias ini setelah meneliti selama sepuluh tahun. Ia mengumpulkan 407 sampel darah dari 11 klan atau marga yang tersebar di Nias bagian selatan hingga utara. Darah orang Nias dikirimkan ke Jerman untuk ekstraksi asam deoksiribonukleat (DNA), lalu dibawa ke Rotterdam untuk dianalisis.


Pria 30 tahun ini berfokus pada analisis DNA di dalam kromosom Y yang melacak garis keturunan ayah dan DNA mitokondria untuk melacak garis keturunan ibu. Pelacakan bermuara pada haplogroup, pengelompokan manusia ke dalam klan atau marga purba berdasarkan marka genetik dengan pola unik yang disebut single-nucleotide polymorphism (SNP).


SNP merupakan perubahan kecil dalam DNA yang terjadi secara alami dari waktu ke waktu. Munculnya SNP pada satu generasi akan menjadi penanda garis keturunan unik yang diwariskan ke generasi selanjutnya. Inilah yang ditangkap oleh Van Oven untuk memetakan asal-usul suku Nias. “Manusia dari klan purba yang sama akan berbagi pola SNP yang sama,” katanya.


DNA Ono Niha–sebutan setempat untuk orang Nias–miskin variasi. Hanya dua marka genetik kromosom Y yang ditemukan, yaitu O-M119 dan O-M110. Kedua penanda ini hanya ditemukan pada suku bangsa asli Taiwan yang memulai penyebaran ras Austronesia yang kini mengisi wilayah dari Madagaskar, Asia Tenggara, Papua, hingga Easter Island.


Untuk membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik Nias.


Perbandingan menggunakan 1.500 sampel dari 38 populasi dari Asia Timur, Asia Tenggara, Melanesia, Polinesia, dan Australia mengkonfirmasi keseragaman DNA Ono Niha. “Genetik orang Nias tampak paling mirip dengan populasi dari Taiwan dan Filipina,” ujar dia.


Kesimpulan ini didukung pakar genetika Profesor Herawati Sudoyo. Lewat proyek penelitian Pan-Asian SNP Initiative, Deputi Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ini memetakan DNA suku bangsa di Indonesia dan menemukan Indonesia tak hanya terdiri atas dua rumpun besar–Melayu di barat dan Papua di timur–tapi juga terdapat rumpun ketiga.


“Nias membentuk satu cluster dengan orang Mentawai dan Taiwan,” kata Herawati. Orang Simeulue dan Enggano, penghuni deretan pulau paling barat di Kepulauan Mentawai kemungkinan juga tergolong cluster ini.


Menurut Herawati, isolasi geografis menyebabkan keseragaman materi genetik orang Nias. Kultur perkawinan yang “eksklusif” turut memperparah kondisi ini. “Mereka kawin dengan sesama orang Nias sehingga materi genetik tidak menyebar,” ujarnya. Suku bangsa di daerah lain di Indonesia menunjukkan tren materi genetik yang lebih beragam. Kondisi ini menandakan terjadinya efek penyempitan genetik (bottleneck event) dalam sejarah orang Nias.


Penyempitan genetik ternyata juga memicu perbedaan yang sangat kuat di antara 11 klan orang Nias. “Orang di Nias utara dan selatan sangat berbeda,” kata Van Oven.


Klan Gözö, Hia, Ho, Laoya, Daeli, Zebua, Hulu, dan Zalukhu di tengah dan utara hanya memiliki marka genetik O-119. Sedangkan di selatan, tiga klan bangsawan, Sarumaha, Fau, dan Si’ulu, sama-sama mewarisi marka genetik O-110 yang dominan pada kromosom Y mereka.


Van Oven mengatakan, sistem perkawinan orang Nias, yang mengambil istri dari luar klan, turut mempengaruhi isolasi genetik ini. Sistem yang dikenal dengan patrilineal clan and exogamus marriage ini mengharuskan seorang pria dari satu klan menikahi perempuan dari klan yang berbeda. Perempuan yang dinikahi itu kemudian harus pindah ke daerah tempat tinggal pria.


Keunikan DNA orang Nias ini tak dapat dilepaskan dari aliran gen ke Nusantara. Van Oven menduga orang Nias mewarisi gen mereka dari orang Taiwan yang bermigrasi ke Indonesia lewat Filipina menuju Kalimantan dan Sulawesi–teori penyebaran Formosa, yang diambil dari nama pulau Formosa di Selat Taiwan.


Gelombang migrasi manusia modern ini sebenarnya dimulai dari Afrika. Gelombang ini sampai di Taiwan 6.000 tahun lalu. Proses aliran gen hingga mencapai Nias 1.000-2.000 tahun kemudian. Rute ini didukung bukti kemiripan DNA suku Nias dengan penduduk Filipina.




Minggu, 12 Agustus 2018

BERCERMINLAH DARI SUKU SASAK YANG GELAP GULITA

LOMBOK, I AM COMING !


Senin, 30 Juli 2018

Menunggu tanggal ini begitu deg degan, Karena Saya akan berpetualang, Eksplorasi, Survei Provinsi Nusa Tenggara Barat.  Sebenernya perjalanan ini adalah Bonus dari tujuan awal saya untuk menghadiri Kopdarnas EL-Preneur Indonesia, Next Level Lombok.  Pelaku Industri Exsperiential Learning Indonesia. Sudah berbulan bulan saya menunggu kesepatan Emas untuk bertemu dengan rekan rekan se-Indonesia.
Jam 03:00 Subuh saya sudah bangun untuk menuju  Minangkabau Internasional Air Port, karena jadwal pesawat menuju Jakarta dari Padang Jam 05:45. Di Jakarta Assesor dan Mentor Saya Mas Yuniga Fernando sudah menunggu dengan senyuman mengembang di Kedatangan. Saya menantikan sekali bertemu dengan Mas Ega untuk menantikan diskusi kami yang tak berkesudahan tentang apa saja, tentu saja selalu tentang Metode EL dan nilai nilai kehidupan lainnya. Setiap bertemu dengannya, Aku seperti selalu men_download kembali Apliakasi di otak ku untuk upgrade kembali apa saja tentang diskusi kami.




Oke, Jam 13:15 Siang pesawat kani sudah Landing di Lombok Praya International Airport, Lombok. Satu lagi rekan kami sama sama – sama member Aeli Mas Mahardika dari Surabaya, yang juga Owner Timur Langit  Training & Development asal Surabaya. Pertama kali bertemu dengan Pria ini pikiran ku langsung menebak karakternya yang seru, ya... kebanyakan pelaku EL yang selalu humble. Oke terbentuklah kami menjadi Buddy Traveling yang ditemani Abraham Firmasyah atau di panggil Balung  muda perantauan dari Surabaya yang membuka usaha Sport Toursm di Lombok Canyoning Tour. Mas Balung menjadi pusat informasi kami tentang NTB, meskipun pria kelahiran Gresik, Jawa Timur ini perantauan yang memberanikan diri sudah dua tahun di Lombok, dia cukup memuaskan dahaga keingintahuan ku tentang NTB. Dalam hati aku bergeming its will be awsome trip. So, sekarang kami sudah empat orang.

Tidak dipungkiri, perut kami sudah keroncongan meminta makan siang. Langsung saja Mas Ega tanya tempat makan yang recomendet. Aku pun request “Jangan makanan Padang” karena aku mau wisata kuliner juga agar komplit perjalanan ku kali ini dengan Wisata Kulinernya juga. Restoran pertama kami berada di Jalan By pass dari Bandara di Nasi Puyung Restoran. Nasi puyung adalah Campuran Nasi dengan lauk pauk Ayam Goreng Kampung yang digoreng, Kacang panjang, serundeng kentang, nah yang paling khas itu adalah Ayam suwir dicampur dengan bumbu yang gurih. Harga satu porsinya adalah 16.000 Rupiah.


Kami pun mulai merencanakan perjalanan keren ini, Tujuan pertama kami adalah mengeksplore Dusun Desa Beleq Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan Lombok Utara – Nusa Tenggara Barat. Menuju Desa ini menghabiskan waktu 2.5 Jam / 80 Km. Selama perjalanan melewati Lombok Barat, Mataram, Sengigih, Pemenang, Kota tanjung, Kecamatan Gangga dan sampailah kami di kecamatan Kayangan. Selama perjalanan mata kami disuguhkan oleh bentangan alam yang sangat Indah, pinggiran pantai dengan Ombaknya yang menanti Surfer Dunia menelan air ludah jika melihatnya,   dan deretan Hotel, Cottage yang tertata rapih dengan View bibir pantai dengan lautan membiru sepanjang mata memandang.  Juga yang menarik adalah Jalan raya yang berliku dan mulus. Sebagai Kota yang masih terbilang baru beberapa tahun ini untuk pengembangan Wisata Kota Lombak cukup berbenah mempersiapkan Kotanya menjadi pusat Kota Wisata. Meskipun di beberapa lokasi masih terlihat tumpukan sampah yang belum terorganisir dengan baik. Well, suatu hari aku yakin sadar Wisata akan membawa Lombok menjadi lebih baik lagi. Kami sampai di Desa Gumantar sudah pukul 06.00 sore. Yang anehnya di Desa ini masih terang meskipun sudah pukul 6 sore.


BERCERMINLAH DARI SUKU SASAK YANG GELAP GULITA

Cermin adalah suatu benda untuk berkaca, memantulkan diri dengan sebuah cermin mengamati dan mengambil nilai filosofi dari pantulannya. Makna tersirat yang mampu mengubah karakter dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan.
Setibanya Kami di Dusun Gumantar, sebagai seorang Mouslim kedatangan Kami di hadiahi pemandangan anak anak Babi yang bersileweran di sepanjang Jalan masuk ke Suku Sasak. Aku hanya diam melihat pemandangan itu, Aku membayangkan tempat dimana Aku tidur nanti dikelilingi oleh Babi seperti ketika Aku di Mentawai. Namun beberapa kilo pejalanan aku pun melihat Mesjid Mesjid dan kehidupan Muslim. Seperti bisa membaja fikiranku, Mas Firman yang mengantarkan kami pun bersuara “ disini antara Hindu, Muslim, dan Kristen hidup berdampingan.  
aghhhtttt..... Ngantuk.... Bersambung.... 







Senin, 09 Juli 2018

SOLOK SELATAN, NEGERINYA MATA AIR


Hai Traveler,
Tak kan pernah selesai bercerita tentang sebuah perjalanan yang membawa kita ke lokasi terindah. Sepanjang mata memandang adalah bentangan keindahan alam yang akan memperkaya hati, fikiran, dan imajinasi kehidupan. Aku lahir di Solok, namun ak pernah berkunjung ke Daerah Solok Selatan. Lama juga untuk mempersiapkan planing untuk mengunjungi Daerah ini.

Dengan membuka Open Trip di Sosial media, akhirnya kami di pertemukan oleh beberapa teman pecinta Alam. Planning pundi Mulai. Jam 03.00 Subuh kami sej

Selasa, 06 Februari 2018

West Pasaman, Dilirik oleh wisatawan Mancanegara

Hidden Paradise in West Pasaman 


Yup,  sungguh sulit  diungkapkan dengan kata kata ketika kami masuk kepedalaman Pasaman Barat.  Kami seperti berada di sebuah Hutan Amazon yang sangat kental kealamiannya.  Keheningan kami menikmati suasana Hutan dengan kicauan burung dan suara suara di dalam hutan benar benar nyanyian simfoni alam yang menenangkan.

Kami berangkat bersama tiga orang wisatawan mancanegara asal Belanda.  Mereka begitu terpukau dengan alam Pasaman Barat yang masih asri,  natural dan belum banyak sentuhan sentuhan pemoles obek wisata.

Untuk selera wisatawan mancanegara hal demikianlah yang mereka cari dan inginkan.

Berikut cuplikan netizen mancanegara tentang postingan mereka tentang keindahan alama Pasaman Barat.

Netizen dari teman teman mereka sangat takjub dengan foto foto pengalaman yang mereka bagikan.

Sedangkan di Akun Sosial media Sovia Lorent,  perempuan petualang asal Padang yang mempunyai banyak koneksi dengan wisatawan mancanegara ini pun mulai memperkenalkan Pasaman Barat kepada teman di facebooknya melalui berbagai akun sosial media yang ia punya berikut, apa kata netizen tengang postingan nya berpetualang di Pasaman Barat.
 

So,  tertarik melihat seperti apa yang membuat Wisatawan mancanegara ini tertarik dengan Pasaman Barat berikut foto foto yang kami ambil dari perjalanan mereka.



Senin, 29 Januari 2018

Ecotourism Di Pasaman Barat

Eksplore Sinuruik,  Pasaman Barat. 


Hai Sobat Traveler,  kali ini Saya akan bercerita tentang pengalam Saya Explore Desa Sinuruik,  Pasaman Barat.  

Bertualang ke Sinuruik, kami bermalam di Mess Wali nagari - sebelah Kantor Camat.  Setelah Sholat Subuh, belum sarapan pagi, Saya di ajak oleh Roby, sohib saya untuk berkeliling di Desa sinuruik.  Dengan Mobil Jeep nya yang tampan, bukan orang nya kami pun mengeliling Sinuruik,sedangkan Saya berdiri di atas mobil Jeep. Desa yang begitu indah dan alami dengan pemandangan alam yang masih beraroma kental pedesaan. 
Lokasi pertama yang kami datangi adalah Pak Sudirman,  seorang petani Aren yang memproduksi Gula merah.  Kami mengikuti kegiatan Pak sudirman yang menanggung 6 orang anak. Kakek Tua ini berusia 65 Tahun.  Namun masih tetap kokoh melaksanakan tanggung jawab beliau sebagai kepala Rumah tangga.  

Setelah Sholat subuh Pak sudirman sudah bersiap untuk memanjat pohon aren.  Beliau menaiki pohon aren tersebut menggunakan tangga yang terbuat dari Bambu,  pohon setinggi 6 meter tersebut dengan mudah di naiki sambil bernyanyi.  Konon ada sebuah lagu khusus untuk menaiki pohon aren tersebut,  agar orang yang memanjat pohon aren tidak merasa gamang dan hasil yang diambil juga banyak.  

Pak sudirman pun mengambil air yg sudah ditampung dari kemaren untuk di olah menjadi Gula merah.  Kami menyaksikan dan melihag proses demi proses pembuagan gula merah.  Sungguh pengalaman yang belum pernah kami lihat sebelumnya.  

Setelah mencicipi minuman Kopi Kawah, Pak Sudirman juga memperlihatkan bagaimana proses pembuatan Kopi Kawah, ternyata Kopi kawah yang terkenal di Sumatra Barat berasal dari daun kopi yang di sanghai untuk memperoleh hasil yang bagus dan aroma kopi kawah yg nikmat.

Seperti Teh,  namun terasa lebih nikmat dengan gula aren dan bau asap yang terasa beda di lidah.  

Hhmmm So,  Sobat Traveler. .. 
Masih banyak hal yang akan saya ceritakan tentang pasaman barat.  
Next di judul berikutnya.